Jumat, 03 Agustus 2012



BAHAYA FISIK DITEMPAT KERJA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN SERTA ERGONOMI DAN FAAL KERJA

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang beranekaragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan SDM. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Pada tempat kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti kebisingan, temperatur, pencahayaan, getaran, bau-bauan, radiasi, bahan berbahaya beracun, dan ventilasi. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Dengan mempelajari bab ini, para mahasiswa diharapkan mengetahui faktor-faktor lingkungan kerja yang bisa mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja.
Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Sedangkan kata ergonomi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan/prinsip/kaidah). Istilah ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal istilah human factor atau human engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomic dan human factor) hanya berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak 4000 tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan.


B.        Tujuan
1.   Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang bahaya fisik ditempat kerja dan dampaknya terhadap kesehatan beserta ergonomi dan faal kerja
2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari lingkungan kerja fisik
b.      Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja klasifikasi bahaya
c.       Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam bahaya fisik ditempat kerja dan dampaknya terhadap kesehatan
d.      Mahasiswa mampu menjelaskan pembebanan kerja fisik
e.       Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian ergonomi
f.       Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan ergonomi
g.      Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat dari ergonomi
h.      Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup ergonomi
i.        Mahasiswa mampu mejelaskan metode-metode ergonomi
j.        Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi atau penerapan ergonomi
k.      Mahasiswa mampu menjelaskan kelelahan dalam ergonomi
l.        Mahasiswa mampu menjelasakan aplikasi ergonomi untuk perancangan tempat kerja
m.    Mahasiswa mampu menjelaskan bidang kajian ergonomi
n.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian faal kerja
o.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang factor-faktor yang diperhatikan dalam ilmu faal
p.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang bahaya yang bersifaat faal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Bahaya Fisik di Tempat Kerja dan Dampaknya Terhadap Kesehatan

1.      Pengertian Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Sedarmayanti (2007) lingkungan kerja fisik adalah semua yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung”.
Menurut Sarwono (2005) Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor-faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia.
Menurut Robbins (2002) Lingkungan kerja fisik juga merupakan factor penyebab stress kerja pegawai yang berpengaruh pada prestasi kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah: suhu kebisingan, penerangan, dan mutu udara.

2.  Klasifikasi Bahaya
a.    Bahaya di lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai segala kondisi yang dapat memberi pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan orang yang terpajan.
b.    Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika, Fisiologi dan Psikologi

3.      Bahaya Fisik di Tempat Kerja
Lingkungan kerja yang tidak sehat sering kali mengganggu para pekerja dan dapat mengurangi keefektifitasan dari pekerja itu sendiri. Dibawah ini akan diuraikan beberapa lingkungan kerja yang tidak sehat dan juga mengganggu kinerja dari pekerja itu sendiri.
Bahaya ini seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin bising kurang penerangan getaran yang berlebihan radiasi dan sebagainya, Keadaan tempat kerja yang terlalu panas mengakibatkan karyawan cepat lelah karena kehilangan cairan. Bila panas di lingkungan ini berlebihan suhu tubuh akan meningkat yang menimbulkan gangguan kesehatan, pada keadaan berat suhu tubuh sangat tinggi yang mengakibatkan pingsan sampai kematian, keadaan yang terlalu dingin juga akan menyebabkan karyawan sering sakit sehingga akan menurunkan daya tahan tubuhnya.

4.      Macam-Macam Bahaya Fisik ditempat Kerja dan Dampaknya bagi Kesehatan
a.    Temperatur
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin. Semua ini dari keadaan normal tubuh. Dalam keadaan normal anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda-beda, seperti bagian mulut sekitar 37ºC, dada sekitar 35ºC, dan kaki sekitar 28ºC.
Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena memiliki kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya. Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut
·            ± 49ºC : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental.
·            ± 30ºC : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk dalam pekerjaan, serta menimbulkan kelelahan fisik.
·            ± 24ºC : Kondisi optimum.
·            ± 10ºC : Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Dari suatu penelitian diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan  mencapai tingkat paling tinggi pada temperatur sekitar 24ºC sampai 27ºC.

b.   Kelembaban (Humidity)
Yang dimaksud kelembaban di sini adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara (dinyatakan dalam %). Kelembaban ini dipengaruhi oleh temperatur udara. Suatu keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan kelembabannya tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistim penguapan, dan pengaruh lain ialah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuhnya dengan suhu disekitarnya.

c.    Sirkulasi Udara (Ventilation)
Seperti kita ketahui udara di sekitar kita mengandung sekitar 21% Oksigen, 0,03% Karbondioksida dan 0,9% gas lainnya (campuran). Oksigen terutama merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan hidupnya (proses metabolisme). Udara di sekitar kita dikatakan kotor bila kadar oksigen di udara telah berkurang dan bercampur dengan gas-gas lain yang berbahaya bagi kesehatan. Jika kita menghirup udara kotor kita akan marasa sesak dan akan lebih cepat merasa lelah. Sirkulasi udara dengan memberikan ventilasi yang cukup akan menggantikan udara yang kotor dengan udara yang bersih. Demikian juga dengan menaruh tanaman akan mampu membantu memberi kebutuhan akan oksigen yang cukup.

d.   Pencahayaan (Lighting)
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek secara jelas dan cepat tanpa melakukan kesalahan. Pencahayaan yang kurang mengakibatkan pekerja mudah lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara membuka lebar-lebar. Lelahnya mata akan mengakibatkan pula kelelahan mental dan lebih jauh bisa merusak mata. Kemampuan mata untuk melihat objek dengan jelas akan ditentukan oleh ukuran objek, derajat kontras antara objek dengan sekelilingnya, luminensi (brightness) serta lamanya waktu untuk melihat objek tersebut. Untuk menghindari silau (glare) karena letak dari sumber cahaya yang kurang tepat, maka sebaiknya mata tidak secara langsung menerima cahaya dari sumbernya akan tetapi cahaya tersebut harus mengenai objek yang akan dilihat yang kemudian dipantulkan oleh objek tersebut ke mata kita.

e.    Kebisingan (Noise)
Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita, karena dalam waktu panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi. Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan pada manusia yaitu:
a. Lama waktu bunyi tersebut terdengar.
b. Intentitas biasanya diukur dalam satuan desibel (dB) yang menunjukan besarnya arus energi per satuan luas.
c. Frekuensi suara yang menunjukan jumlah dari gelombang-gelombang suara yang sampai ke telinga kita setiap detik dinyatakan dalam jumlah getaran per detik (Hz).

f.    Getaran Mekanis (Mechanical Vibration)
Gerakan mekanis dapat diartiakn sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang kurang baik untuk tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi, getaran dan lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami dimana apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan  menimbulkan gangguan-gangguan antara lain :
a. Mempengaruhi konsentrasi kerja
b. Mempercepat datangnya kelelahan
c. Gangguan-gangguan pada anggota tubuh seperti : mata, syaraf, oto-otot, dll.

g.   Bau Bauan
Adanya bau-bauan yang dalam hal ini juga dipertimbangkan sebagai polusi akan dapat mengganggu konsentrasi orang bekerja. Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Oleh karena itu pemakaian Air Conditioning yang tepat merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.

h.   Warna
Yang dimaksud disini adalah warna tembok ruangan dan interior yang ada disekitar tempat kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat objek, juga memberikan pengaruh yang lain seperti :
a. Warna merah bersifat merangsang.
b. Warna kuning memberikan kesan luas, terang dan leluasa.
c. Warna hijau atau biru memberikan sejuk, aman dan menyegarkan.
d. Warna gelap memberikan kesan sempit.
e. Warna terang memberikan kesan leluasa.
Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan warna ruangan tempat kerja perlu diperhatikan dalam arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya. Dalam keadaan dimana ruangan terasa sempit maka pemilihan warna yang sesuai  dapat menghilangkan kesan tersebut. Hal ini secara psikologis akan  menguntungkan karena kesan sempit cenderung menimbulkan stres.
5.      Pembebanan Kerja Fisik
a.       Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial ekonomi dan derajat kesehatan.
b.       Pembebanan tidak melebihi 30 – 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.
c.        Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40 kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban maksimum tersebut harus disesuaikan.
d.       Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi sebelum bekerja.
e.        Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
f.        Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada :
·         manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan
·         properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin
·         lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan
·         kualitas produk barang dan jasa
·         nama baik perusahaan.
Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi.
Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :
·      faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri
·      faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir
·      faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.

B.     Ergonomi dan Faal Kerja
1.      Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergon yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan/hukum. Jadi ergonomi secara singkat juga dapat diartikan aturan/hukum dalam bekerja. Secara umum  ergonomi didefinisikan suatu cabang ilmu yang statis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif sehat, nyaman, dan efisien. Tidak hanya hubungannya dengan alat, ergonomi juga mencakup pengkajian interaksi antara manusia dengan unsur-unsur sistem kerja lain, yaitu bahan dan lingkungan, bahkan juga metoda dan organisasi. (Sutalaksana, 2006)
Definisi ergonomi dapat dilakukan dengan cara menjabarkannya dalam fokus, tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick 1993) dimana dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut:
a.       Secara focus
Ergonomi menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana sehari-hari manusia hidup dan bekerja.
b.      Secara tujuan
Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan kerja, pengurangan rasa lelah dan sebagainya
c.       Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.

Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut diatas, definisi ergonomi dapat terangkumkan dalam definisi yang dikemukakan Chapanis (1985), yaitu ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan manusia.





2.      Tujuan Ergonomi
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
a.       Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.
b.      Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja.
c.       Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.

3.         Manfaat Ergonomi
Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
a.       Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
b.      Menurunnya kecelakaan kerja.
c.       Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
d.      Stres akibat kerja berkurang.
e.       Produktivitas membaik.
f.       Alur kerja bertambah baik.
g.      Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
h.      Kepuasan kerja meningkat.

4.         Ruang Lingkup Ergonomi
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
a.    Tehnik
b.   Fisik
c.    Pengalaman psikis
d.   Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
e.    Anthropometri
f.    Sosiologi
g.   Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot
h.   Desain, dll.

5.   Metode-Metode Ergonomi
a.          Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
b.         Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
c.          Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

6.   Aplikasi atau Penerapan Ergonomi
a.       Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
b.      Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
c.       Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
d.      Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
·         Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
- Laki-laki dewasa 40 kg
- Wanita dewasa 15-20 kg
- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
- Wanita (16-18 th) 12-15 kg
·         Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi
- Jarak mengangkat beban dikurangi
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.


·         Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
a. Posisi kaki yang benar
b. Punggung kuat dan kekar
c. Posisi lengan dekat dengan tubuh
d. Mengangkat dengan benar
e. Menggunakan berat badan

7. Kelelahan dalam Ergonomi
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan / membaginya sebagai berikut :
a.       Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
b.      Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
c.       Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising.
b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang.
c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.
f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.
g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya :
- Pekerja remaja
- Wanita hamil dan menyusui
- Pekerja yang telah berumur
- Pekerja shift
- Migrant.
j. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.

Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya. Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.

8. Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.

9.   Bidang Kajian Ergonomi
Sesuai dengan definisi ergonomi yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa kajian utama dari ergonomi adalah perilaku manusia sebagai objek utama sesuai dengan prinsip fitting the task/the job to the man. Pada berbagai literatur terdapat perbedaan dalam menentukan bidang-bidang kajian ergonomi. Pada prinsipnya perbedaan tersebut hanya pada pengelompokkan perilaku-perilaku manusianya.
Berkaitan dengan bidang penyelidikan yang dilakukan, ergonomic dikelompokkan atas empat bidang penyelidikan, yaitu:
1.      Penyelidikan tentang Display.
Display adalah suatu perangkat antara (interface) yang menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan mengkomunikasikannya kepada manusia dalam bentuk angka-angka, tanda-tanda, lambang dan sebagainya. Informasi ini dapat disajikan dalam bentuk statis, misalnya peta suatu kota dan dapat pula dalam bentuk dinamis yang menggambarkan perubahan variabel menurut waktu, misalnya speedometer.
2.   Penyelidikan tentang Kekuatan Fisik Manusia.
Dalam hal ini penyelidikan dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas manusia pada saat bekerja dan kemudian dipelajari cara mengukur aktivitas-aktivitas tersebut. Penyelidikan ini juga mempelajari perancangan obyek serta peralatan yang disesuaikan dengan kemampuan fisik manusia pada saat melakukan aktivitasnya.


a.       Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja.
Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai dengan dimensi tubuh manusia agar diperoleh tempat kerja yang baik sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia.
b.      Penyelidikan tentang Lingkungan Kerja.
Penyelidikan ini meliputi kondisi lingkungan fisik tempat kerja dan fasilitas, seperti pengaturan cahaya, kebisingan suara, temperatur, getaran dan lain-lain yang dianggap mempengaruhi tingkah laku manusia.

Pengelompokkan bidang kajian ergonomi yang secara lengkap dikelompokkan oleh Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana (1979) sebagai berikut:
1.      Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja.
2.      Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakainya.
3.      Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan mekanisme tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot manusia dalam bekerja dan sebagainya
4.      Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan masalah penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan sebagainya.
5.      Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek psikologis dan suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stres dan lain sebagainya.
Pada prakteknya, dalam mengevaluasi suatu sistem kerja secara ergonomi, kelima bidang kajian tersebut digunakan secara sinergis sehingga didapatkan suatu solusi yang optimal, sehingga seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem terintegrasi yang semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia pekerjanya.

10.  Faal Kerja
Faal kerja yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja.
Ilmu tentang fisiologi tubuh manusia saat bekerja. Bekerja merupakan hasil koordinasi dari kerja sama indera, otak, syaraf dan otot yang ditunjang oleh kerja jantung, paru, ginjal dan lain-lain
Fungsi tubuh saat bekerja, hal yang perlu diperhatikan saat kerja : sesuai kapasitas tubuh, variasi individu dan patokan beban kerja ( 30 - 40 % uptake O2 atau 40 % kekuatan otot). Kerja fisik : perpindahan tubuh, memindahkan objek, mempertahankan sikap tubuh
§  Kapasitas Fisik
kemampuan orang untuk menerima beban fisik saat kerja dipengaruhi : somatik, pekerjaan, psikis, lingkungan & adaptasi/ latihan parameter : denyut jantung, tekanan darah, irama pernapasan, suhu tubuh, kebutuhan kalori, kebutuhan O2
§  Kerja Otot
Organ utama kerja fisik kontraksi & relaksasi ditentukan oleh : jumlah serat, daya kontraksi & kecepatan kontraksi
§  Kerja statis & dinamis, Perlu phospat energi tinggi
Perbedaan Kerja otot statis dan dinamis yaitu :
a.    Statis
- kontraksi tetap
- aliran darah terhambat
- energi lebih besar


b. Dinamis
- Berirama
- dipompa
- energy kurang
Kriteria kerja statis kerja ringan selama 4 menit/ lebih kerja sedang selama 1 menit/ lebih
§  Sistem Sirkulasi Saat Kerja
Kerja berakibat perubahan uptake oksigen oleh jantung dan paru. Kemampuan kerja terkuat dipengaruhi oleh jumlah maksimum oksigen. Parameter : denyut jantung (HR) Diukur secara : Langsung : EKG, pulsemeter Tak langsung : denyut nadi Denyut nadi : peregangan pembuluh darah akibat gelombang tekanan sistol jantung, jumlah denyutan menyatakan jumlah HR skala denyut jantung
1. resting pulse : sebelum kerja
2. working pulse : selama kerja
3. work pulse : beda sebelum-selama (max : 30 beat/menit)
4. recovery pulse : jml denyut selesai kerja – recovery (ukur fatigue & recovery)
5. total work pulse
Sistem Palpasi Dengan 3 ujung jari pada radialis dihitung 15” atau 30” untuk denyut nadi istirahat, duduk sistem 10 denyut kondisi kerja dihitung mulai 0 - 10 / 1 - 11, dicatat waktunya dengan stopwatch
Recovery Pulse Dihitung Detik 30-60; 90-120; 150-180 selanjutnya dirata-rata menit I <110/Menit ; I-Iii >= 10
§  Ventilasi Pulmonal Saat Kerja
Gerakan masa gas keluar masuk paru untuk mencukupi metabolism. Perkalian antara kecepatan pernapasan dengan nilai rata-rata tidal volume yang ekspirasikan normal 10-20 x/menit. Dalam dan kecepatan napas seimbang (anak : dewasa ; latihan : tidak). Pengaturan frekuensi napas saat kerja belum jelas. Spindel otot, Faktor yang berpengaruh :

1. Rangsangan langsung ke pusat napas
2. Rangsangan tak langsung pada propioceptor
3. Faktor humoral : kadar oksigen, karbondioksida dan ion H
Pembatasan napas adalah kebutuhan O2, Istirahat : 0,5-1 ml O2/l ventilasi naik 10 kali saat kerja, Ventilasi pulmonal kerja sangat berat > ventilasi pembebanan maksimal
§  Ginjal Saat Kerja
-   Dipengaruhi oleh aliran darah ke ginjal
-   Penurunan berarti bila HR 135-140x/menit atau 50%
-   Hypohydrasi kerja di lingkungan panas
-   Komponen fungsi ginjal
·GFR
·Volume urin
·Sekresi zat terlarut turun
·Amonia meningkat hingga 30 menit kerja selesai
·Ph turun hingga 30 menit usai kerja
·Protein
Normal setelah 1 jam
§  Pencernaan
Saat kerja terjadi pengurangan gerakan & sekresi lambung bertambah sesuai kerja. Disebabkan oleh aktivitas simpatik & parasimpatik normal kembali setelah 1-2 jam kerja
Kebutuhan kalori/ hari ditentukan :
1. Metabolisme basal
2. Spesific Dynamic Action
3. Kalori untuk kerja
4. Kalori untuk aktivitas diluar kerja

11. Faktor-Faktor yang Diperhatikan dalam Ilmu Faal
a.    Faktor beban kerja dan peralatan di dalam tubuh
b.   Faktor waktu (lama dan periodisitas)
c.    Faktor lingkungan (kebisingan, toksisitas)

12.  Bahaya yang Bersifat Faal
Bahaya ini terjadi karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja, pengaturan kecepatan ban berjalan misalnya yang perlu diatur sesuai dengan kecepatan operator melayaninya agar tidak stress.


























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya
Faal kerja yaitu, Ilmu tentang fisiologi tubuh manusia saat bekerja. Bekerja merupakan hasil koordinasi dari kerja sama indera, otak, syaraf dan otot yang ditunjang oleh kerja jantung, paru, ginjal dan lain-lain

B.     Saran
Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan oleh sebab itu kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.





























DAFTAR PUSTAKA

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi 1. Institusi Teknologi Sepuluh November : Surabaya Sritomo

Suma’mur, 1989, “Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja”, PT Temprint: Jakarta Cermin Dunia Kedokteran No. 154, 2007

Wignjosoebroto, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya Jakarta : 2000