BAHAYA FISIK DITEMPAT KERJA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN SERTA ERGONOMI DAN FAAL KERJA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan
teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan
rumit. Penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang
beranekaragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan SDM.
Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti
kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit
akibat kerja. Pada tempat kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja seperti kebisingan, temperatur, pencahayaan, getaran,
bau-bauan, radiasi, bahan berbahaya beracun, dan ventilasi. Semua faktor
tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja.
Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh
pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Dengan mempelajari
bab ini, para mahasiswa diharapkan mengetahui faktor-faktor lingkungan kerja
yang bisa mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja.
Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949
sebagai judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Sedangkan kata ergonomi itu
sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan/prinsip/kaidah).
Istilah ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal
istilah human factor atau human engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomic
dan human factor) hanya berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut
sama-sama menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut Hawkins
(1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai
referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi
telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak 4000 tahun yang
lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia
merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam
melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat
bantu tersebut untuk memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut
masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara
kebetulan.
B.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan tentang bahaya fisik ditempat kerja dan
dampaknya terhadap kesehatan beserta ergonomi dan faal kerja
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa
mampu menjelaskan pengertian dari lingkungan kerja fisik
b. Mahasiswa
mampu menjelaskan apa saja klasifikasi bahaya
c. Mahasiswa
mampu menjelaskan macam-macam bahaya fisik ditempat kerja dan dampaknya
terhadap kesehatan
d. Mahasiswa
mampu menjelaskan pembebanan kerja fisik
e. Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang pengertian ergonomi
f. Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang tujuan ergonomi
g. Mahasiswa
mampu menjelaskan manfaat dari ergonomi
h. Mahasiswa
mampu menjelaskan ruang lingkup ergonomi
i.
Mahasiswa mampu mejelaskan metode-metode
ergonomi
j.
Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi
atau penerapan ergonomi
k. Mahasiswa
mampu menjelaskan kelelahan dalam ergonomi
l.
Mahasiswa mampu menjelasakan aplikasi
ergonomi untuk perancangan tempat kerja
m. Mahasiswa
mampu menjelaskan bidang kajian ergonomi
n. Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang pengertian faal kerja
o. Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang factor-faktor yang diperhatikan dalam ilmu faal
p. Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang bahaya yang bersifaat faal
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Bahaya
Fisik di Tempat Kerja dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
1.
Pengertian Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Sedarmayanti (2007) lingkungan
kerja fisik adalah semua yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi
pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung”.
Menurut Sarwono (2005) Lingkungan kerja
fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya. Lingkungan kerja
fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan. Faktor-faktor fisik
ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan,
dan kesesakan. Faktor-faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku
manusia.
Menurut Robbins (2002) Lingkungan kerja
fisik juga merupakan factor penyebab stress kerja pegawai yang berpengaruh pada
prestasi kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah:
suhu kebisingan, penerangan, dan mutu udara.
2.
Klasifikasi Bahaya
a.
Bahaya
di lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai segala kondisi yang dapat
memberi pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan orang
yang terpajan.
b. Faktor bahaya di lingkungan kerja
meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika, Fisiologi dan Psikologi
3. Bahaya Fisik di Tempat Kerja
Lingkungan kerja yang tidak sehat
sering kali mengganggu para pekerja dan dapat mengurangi keefektifitasan dari
pekerja itu sendiri. Dibawah ini akan diuraikan beberapa lingkungan kerja yang
tidak sehat dan juga mengganggu kinerja dari pekerja itu sendiri.
Bahaya ini seperti ruangan yang
terlalu panas, terlalu dingin bising kurang penerangan getaran yang berlebihan radiasi
dan sebagainya, Keadaan tempat kerja yang terlalu panas mengakibatkan karyawan
cepat lelah karena kehilangan cairan. Bila panas di lingkungan ini berlebihan
suhu tubuh akan meningkat yang menimbulkan gangguan kesehatan, pada keadaan
berat suhu tubuh sangat tinggi yang mengakibatkan pingsan sampai kematian,
keadaan yang terlalu dingin juga akan menyebabkan karyawan sering sakit
sehingga akan menurunkan daya tahan tubuhnya.
4. Macam-Macam
Bahaya Fisik ditempat Kerja dan Dampaknya bagi Kesehatan
a.
Temperatur
Kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar
tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk
kondisi dingin. Semua ini dari keadaan normal tubuh. Dalam keadaan normal
anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda-beda, seperti bagian mulut
sekitar 37ºC, dada sekitar 35ºC, dan kaki sekitar 28ºC.
Tubuh manusia
dapat menyesuaikan diri karena memiliki kemampuannya untuk melakukan
proses konveksi, radiasi, dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan
panas yang membebaninya. Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur
akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut
·
± 49ºC : Temperatur yang dapat ditahan
sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental.
·
± 30ºC : Aktivitas mental dan daya
tanggap mulai menurun dan cenderung untuk dalam pekerjaan, serta menimbulkan
kelelahan fisik.
·
± 24ºC : Kondisi optimum.
·
± 10ºC : Kelakuan fisik yang ekstrim
mulai muncul.
Dari suatu
penelitian diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan
mencapai tingkat paling tinggi pada temperatur sekitar 24ºC sampai 27ºC.
b.
Kelembaban (Humidity)
Yang dimaksud
kelembaban di sini adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara (dinyatakan
dalam %). Kelembaban ini dipengaruhi oleh temperatur udara. Suatu keadaan
dimana temperatur udara sangat panas dan kelembabannya tinggi, akan menimbulkan
pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistim
penguapan, dan pengaruh lain ialah makin cepatnya denyut jantung karena makin
aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Tubuh manusia
selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuhnya dengan
suhu disekitarnya.
c.
Sirkulasi Udara (Ventilation)
Seperti kita
ketahui udara di sekitar kita mengandung sekitar 21% Oksigen, 0,03%
Karbondioksida dan 0,9% gas lainnya (campuran). Oksigen terutama merupakan
gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan
hidupnya (proses metabolisme). Udara di sekitar kita dikatakan kotor bila kadar
oksigen di udara telah berkurang dan bercampur dengan gas-gas lain yang
berbahaya bagi kesehatan. Jika kita menghirup udara kotor kita akan marasa
sesak dan akan lebih cepat merasa lelah. Sirkulasi udara dengan memberikan
ventilasi yang cukup akan menggantikan udara yang kotor dengan udara yang
bersih. Demikian juga dengan menaruh tanaman akan mampu membantu memberi
kebutuhan akan oksigen yang cukup.
d.
Pencahayaan (Lighting)
Pencahayaan
sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek secara jelas dan
cepat tanpa melakukan kesalahan. Pencahayaan yang kurang mengakibatkan pekerja
mudah lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara membuka
lebar-lebar. Lelahnya mata akan mengakibatkan pula kelelahan mental dan lebih
jauh bisa merusak mata. Kemampuan mata untuk melihat objek dengan jelas akan
ditentukan oleh ukuran objek, derajat kontras antara objek dengan
sekelilingnya, luminensi (brightness) serta lamanya waktu untuk
melihat objek tersebut. Untuk menghindari silau (glare) karena letak dari
sumber cahaya yang kurang tepat, maka sebaiknya mata tidak secara langsung
menerima cahaya dari sumbernya akan tetapi cahaya tersebut harus mengenai objek
yang akan dilihat yang kemudian dipantulkan oleh objek tersebut ke mata kita.
e.
Kebisingan (Noise)
Kebisingan
adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita,
karena dalam waktu panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu
ketenangan kerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan
komunikasi. Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan
kualitas bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan pada manusia yaitu:
a. Lama waktu
bunyi tersebut terdengar.
b. Intentitas
biasanya diukur dalam satuan desibel (dB) yang menunjukan besarnya arus energi
per satuan luas.
c. Frekuensi
suara yang menunjukan jumlah dari gelombang-gelombang suara yang sampai ke
telinga kita setiap detik dinyatakan dalam jumlah getaran per detik (Hz).
f.
Getaran Mekanis (Mechanical Vibration)
Gerakan mekanis
dapat diartiakn sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis
yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan
akibat-akibat yang kurang baik untuk tubuh kita. Besarnya getaran ini
ditentukan oleh intensitas, frekuensi, getaran dan lamanya getaran itu
berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi
alami dimana apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran
akan menimbulkan gangguan-gangguan antara lain :
a. Mempengaruhi
konsentrasi kerja
b. Mempercepat
datangnya kelelahan
c.
Gangguan-gangguan pada anggota tubuh seperti : mata, syaraf, oto-otot, dll.
g.
Bau Bauan
Adanya
bau-bauan yang dalam hal ini juga dipertimbangkan sebagai polusi akan dapat
mengganggu konsentrasi orang bekerja. Temperatur dan kelembaban merupakan dua
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Oleh karena itu
pemakaian Air Conditioning yang tepat merupakan salah satu cara yang bisa
digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.
h.
Warna
Yang dimaksud
disini adalah warna tembok ruangan dan interior yang ada disekitar tempat
kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat
objek, juga memberikan pengaruh yang lain seperti :
a. Warna merah
bersifat merangsang.
b. Warna kuning
memberikan kesan luas, terang dan leluasa.
c. Warna hijau
atau biru memberikan sejuk, aman dan menyegarkan.
d. Warna gelap
memberikan kesan sempit.
e. Warna terang
memberikan kesan leluasa.
Dengan adanya
sifat-sifat itu maka pengaturan warna ruangan tempat kerja perlu diperhatikan
dalam arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya. Dalam keadaan dimana
ruangan terasa sempit maka pemilihan warna yang sesuai dapat
menghilangkan kesan tersebut. Hal ini secara psikologis akan
menguntungkan karena kesan sempit cenderung menimbulkan stres.
5.
Pembebanan
Kerja Fisik
a.
Beban
kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial
ekonomi dan derajat kesehatan.
b. Pembebanan tidak melebihi 30 – 40%
dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.
c.
Berdasarkan
hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40 kg. Bila
mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban maksimum
tersebut harus disesuaikan.
d. Oleh karena penetapan kemampuan
kerja maksimum sangat sulit, parameter praktis yang digunakan adalah pengukuran
denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi
sebelum bekerja.
e.
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan
atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja,
atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
f.
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai
potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat
menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.
Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau
bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem
kerja.
Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan
dan kerugian kepada :
·
manusia yang bersifat langsung maupun tidak
langsung terhadap pekerjaan
·
properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin
·
lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan
maupun di luar perusahaan
·
kualitas produk barang dan jasa
·
nama baik perusahaan.
Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan
untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat
kerja yang mungkin terjadi.
Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal
atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :
·
faktor teknis, yaitu potensi bahaya
yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari
pekerjaan itu sendiri
·
faktor lingkungan, yaitu potensi
bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber
dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir
·
faktor manusia, merupakan potensi
bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan
tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun
psikis.
B.
Ergonomi
dan Faal Kerja
1.
Pengertian Ergonomi
Ergonomi
berasal dari bahasa Yunani, Ergon
yang berarti kerja dan Nomos
yang berarti aturan/hukum. Jadi ergonomi secara singkat juga dapat
diartikan aturan/hukum dalam bekerja. Secara umum ergonomi didefinisikan
suatu cabang ilmu yang statis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal
sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja
sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu
mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif sehat,
nyaman, dan efisien. Tidak hanya hubungannya dengan alat, ergonomi juga mencakup
pengkajian interaksi antara manusia dengan unsur-unsur sistem kerja lain, yaitu
bahan dan lingkungan, bahkan juga metoda dan organisasi. (Sutalaksana, 2006)
Definisi
ergonomi dapat dilakukan dengan cara menjabarkannya dalam fokus, tujuan dan
pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick 1993) dimana dalam penjelasannya
disebutkan sebagai berikut:
a.
Secara focus
Ergonomi menfokuskan diri pada manusia
dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan
dimana sehari-hari manusia hidup dan bekerja.
b.
Secara tujuan
Tujuan ergonomi ada dua
hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta peningkatan
nilai-nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan kerja, pengurangan
rasa lelah dan sebagainya
c.
Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi
adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-keterbatasan manusia,
kemampuan, karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk merancang prosedur dan
lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.
Berdasarkan
ketiga pendekatan tersebut diatas, definisi ergonomi dapat terangkumkan dalam
definisi yang dikemukakan Chapanis (1985), yaitu ergonomi adalah ilmu untuk
menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku manusia,
kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya untuk merancang
peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk meningkatkan
produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan manusia.
2.
Tujuan
Ergonomi
Pelaksanaan
dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada
tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat
meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat
menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Adapun
tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan
mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan
kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesama pekerja,
pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam
tempat kerja.
c. Berkontribusi
di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi
dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem
manusia-mesin.
3.
Manfaat
Ergonomi
Manfaat
pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
a. Menurunnya
angka kesakitan akibat kerja.
b. Menurunnya
kecelakaan kerja.
c. Biaya
pengobatan dan kompensasi berkurang.
d. Stres
akibat kerja berkurang.
e. Produktivitas
membaik.
f. Alur
kerja bertambah baik.
g. Rasa
aman karena bebas dari gangguan cedera.
h. Kepuasan
kerja meningkat.
4.
Ruang
Lingkup Ergonomi
Ruang
lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
a. Tehnik
b. Fisik
c. Pengalaman
psikis
d. Anatomi,
utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
e. Anthropometri
f. Sosiologi
g. Fisiologi,
terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan
aktivitas otot
h. Desain,
dll.
5. Metode-Metode Ergonomi
a.
Diagnosis
Dapat
dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian
fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan
kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai
kompleks.
b.
Treatment
Pemecahan
masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat
sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang
sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
c.
Follow-up
Dengan
evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan
kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit
kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang
ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
6. Aplikasi atau Penerapan Ergonomi
a.
Posisi Kerja
Terdiri dari posisi
duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat
tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi
tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki.
b.
Proses Kerja
Para pekerja dapat
menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan
ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
c.
Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas
terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku
secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
d.
Mengangkat beban
Bermacam-macam cara
dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban
yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
·
Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi
aturan yang ditetapkan ILO sbb:
- Laki-laki dewasa 40 kg
- Laki-laki dewasa 40 kg
- Wanita dewasa 15-20 kg
- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
- Wanita (16-18 th) 12-15 kg
·
Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai
cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi
- Jarak mengangkat beban dikurangi
- Dalam membawa beban perlu diingat
bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa
diterapkan.
·
Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat
beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan
pada dua prinsip :
- Otot lengan lebih banyak digunakan
dari pada otot punggung
- Untuk memulai gerakan horizontal maka
digunakan momentum berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
a. Posisi kaki yang benar
b. Punggung kuat dan kekar
c. Posisi lengan dekat dengan tubuh
d. Mengangkat dengan benar
e. Menggunakan berat badan
7.
Kelelahan dalam Ergonomi
Setelah
pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini
kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli
membedakan / membaginya sebagai berikut :
a. Kelelahan
fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang
berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya
seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah
istirahat dan tidur yang cukup.
b. Kelelahan
yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit
yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
c. Psikologis
dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum.
Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada
penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi
angka kejadiannya di tempat kerja.
Upaya
kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas
ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan yang
tidak seharusnya terjadi :
a. Lingkungan harus
bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak
ada gangguan bising.
b. Jam kerja sehari
diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang.
c. Kesehatan pekerja
harus tetap dimonitor.
d. Tempo kegiatan tidak
harus terus menerus.
e. Waktu perjalanan
dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.
f. Secara aktif
mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.
g. Fasilitas rekreasi
dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h. Waktu untuk liburan harus
diberikan pada semua pekerja
i.
Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya :
- Pekerja remaja
- Wanita hamil dan
menyusui
- Pekerja yang telah
berumur
- Pekerja shift
- Migrant.
j.
Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat
addiktif lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan
kelelahan :
Tes
kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak
mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau
pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya. Persoalan yang
terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah
ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya
kelelahan.
8. Aplikasi Ergonomi untuk
Perancangan Tempat Kerja
Pelatihan
bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang
pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang
dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya
ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.
9.
Bidang
Kajian Ergonomi
Sesuai
dengan definisi ergonomi yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa kajian
utama dari ergonomi adalah perilaku manusia sebagai objek utama sesuai dengan
prinsip fitting the task/the job to the man. Pada berbagai literatur terdapat
perbedaan dalam menentukan bidang-bidang kajian ergonomi. Pada prinsipnya perbedaan
tersebut hanya pada pengelompokkan perilaku-perilaku manusianya.
Berkaitan
dengan bidang penyelidikan yang dilakukan, ergonomic dikelompokkan atas empat
bidang penyelidikan, yaitu:
1. Penyelidikan
tentang Display.
Display adalah suatu perangkat antara
(interface) yang menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan
mengkomunikasikannya kepada manusia dalam bentuk angka-angka, tanda-tanda,
lambang dan sebagainya. Informasi ini dapat disajikan dalam bentuk statis,
misalnya peta suatu kota dan dapat pula dalam bentuk dinamis yang menggambarkan
perubahan variabel menurut waktu, misalnya speedometer.
2. Penyelidikan tentang Kekuatan Fisik Manusia.
Dalam hal ini penyelidikan dilakukan
terhadap aktivitas-aktivitas manusia pada saat bekerja dan kemudian dipelajari
cara mengukur aktivitas-aktivitas tersebut. Penyelidikan ini juga mempelajari
perancangan obyek serta peralatan yang disesuaikan dengan kemampuan fisik
manusia pada saat melakukan aktivitasnya.
a. Penyelidikan
tentang Ukuran Tempat Kerja.
Penyelidikan ini bertujuan untuk
mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai dengan dimensi tubuh manusia
agar diperoleh tempat kerja yang baik sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
manusia.
b. Penyelidikan
tentang Lingkungan Kerja.
Penyelidikan ini meliputi kondisi
lingkungan fisik tempat kerja dan fasilitas, seperti pengaturan cahaya,
kebisingan suara, temperatur, getaran dan lain-lain yang dianggap mempengaruhi
tingkah laku manusia.
Pengelompokkan
bidang kajian ergonomi yang secara lengkap dikelompokkan oleh Dr. Ir. Iftikar
Z. Sutalaksana (1979) sebagai berikut:
1. Faal
Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang
dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk
perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan
saat bekerja.
2. Antropometri,
yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh
manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas sehingga
sesuai dengan pemakainya.
3. Biomekanika
yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan mekanisme tubuh dalam
melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot manusia dalam bekerja dan
sebagainya
4. Penginderaan,
yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan masalah penginderaan
manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan sebagainya.
5. Psikologi
kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek psikologis dan
suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stres dan lain
sebagainya.
Pada
prakteknya, dalam mengevaluasi suatu sistem kerja secara ergonomi, kelima
bidang kajian tersebut digunakan secara sinergis sehingga didapatkan suatu
solusi yang optimal, sehingga seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu
sistem terintegrasi yang semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia
pekerjanya.
10. Faal Kerja
Faal
kerja yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang
dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk
perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan
saat bekerja.
Ilmu tentang fisiologi tubuh manusia
saat bekerja. Bekerja merupakan hasil koordinasi dari kerja sama indera, otak,
syaraf dan otot yang ditunjang oleh kerja jantung, paru, ginjal dan lain-lain
Fungsi
tubuh saat bekerja, hal yang perlu diperhatikan saat kerja : sesuai kapasitas
tubuh, variasi individu dan patokan beban kerja ( 30 - 40 % uptake O2 atau 40 %
kekuatan otot). Kerja fisik :
perpindahan tubuh, memindahkan objek,
mempertahankan sikap tubuh
§ Kapasitas
Fisik
kemampuan
orang untuk menerima beban fisik saat kerja
dipengaruhi : somatik, pekerjaan, psikis, lingkungan &
adaptasi/ latihan parameter : denyut jantung,
tekanan darah, irama pernapasan, suhu tubuh, kebutuhan kalori, kebutuhan O2
§ Kerja
Otot
Organ
utama kerja fisik kontraksi &
relaksasi ditentukan oleh : jumlah serat, daya
kontraksi & kecepatan kontraksi
§ Kerja
statis & dinamis, Perlu phospat energi tinggi
Perbedaan
Kerja otot statis dan dinamis yaitu :
a. Statis
- kontraksi tetap
- kontraksi tetap
-
aliran darah terhambat
-
energi lebih besar
b.
Dinamis
-
Berirama
-
dipompa
-
energy kurang
Kriteria
kerja statis kerja ringan selama 4 menit/ lebih kerja sedang selama 1 menit/
lebih
§ Sistem
Sirkulasi Saat Kerja
Kerja
berakibat perubahan uptake oksigen oleh jantung dan paru. Kemampuan kerja
terkuat dipengaruhi oleh jumlah maksimum oksigen. Parameter : denyut jantung (HR)
Diukur secara : Langsung : EKG, pulsemeter Tak langsung : denyut nadi Denyut
nadi : peregangan pembuluh darah akibat gelombang tekanan sistol jantung,
jumlah denyutan menyatakan jumlah HR skala denyut jantung
1.
resting pulse : sebelum kerja
2.
working pulse : selama kerja
3.
work pulse : beda sebelum-selama (max : 30 beat/menit)
4.
recovery pulse : jml denyut selesai kerja – recovery (ukur fatigue &
recovery)
5.
total work pulse
Sistem
Palpasi Dengan 3 ujung jari pada radialis dihitung 15” atau 30” untuk denyut
nadi istirahat, duduk sistem 10 denyut kondisi kerja dihitung mulai 0 - 10 / 1
- 11, dicatat waktunya dengan stopwatch
Recovery
Pulse Dihitung Detik 30-60; 90-120; 150-180 selanjutnya dirata-rata menit I
<110/Menit ; I-Iii >= 10
§ Ventilasi
Pulmonal Saat Kerja
Gerakan
masa gas keluar masuk paru untuk mencukupi metabolism.
Perkalian antara kecepatan pernapasan dengan nilai
rata-rata tidal volume yang ekspirasikan normal 10-20 x/menit. Dalam dan kecepatan napas seimbang (anak : dewasa ; latihan : tidak).
Pengaturan frekuensi napas saat kerja belum jelas. Spindel otot, Faktor yang berpengaruh :
1.
Rangsangan langsung ke pusat napas
2. Rangsangan
tak langsung pada propioceptor
3.
Faktor humoral : kadar oksigen, karbondioksida dan ion H
Pembatasan
napas adalah kebutuhan O2, Istirahat
: 0,5-1 ml O2/l ventilasi naik 10 kali saat kerja,
Ventilasi pulmonal kerja sangat berat > ventilasi
pembebanan maksimal
§ Ginjal
Saat Kerja
-
Dipengaruhi oleh
aliran darah ke ginjal
-
Penurunan
berarti bila HR 135-140x/menit atau 50%
- Hypohydrasi
kerja di lingkungan panas
-
Komponen fungsi
ginjal
·GFR
·Volume
urin
·Sekresi
zat terlarut turun
·Amonia
meningkat hingga 30 menit kerja selesai
·Ph
turun hingga 30 menit usai kerja
·Protein
Normal
setelah 1 jam
§ Pencernaan
Saat kerja terjadi pengurangan gerakan & sekresi lambung bertambah sesuai kerja. Disebabkan oleh aktivitas simpatik & parasimpatik normal kembali setelah 1-2 jam kerja
Saat kerja terjadi pengurangan gerakan & sekresi lambung bertambah sesuai kerja. Disebabkan oleh aktivitas simpatik & parasimpatik normal kembali setelah 1-2 jam kerja
Kebutuhan
kalori/ hari ditentukan :
1.
Metabolisme basal
2.
Spesific Dynamic Action
3.
Kalori untuk kerja
4.
Kalori untuk aktivitas diluar kerja
11.
Faktor-Faktor yang Diperhatikan dalam Ilmu Faal
a.
Faktor
beban kerja dan peralatan di dalam tubuh
b.
Faktor
waktu (lama dan periodisitas)
c.
Faktor
lingkungan (kebisingan, toksisitas)
12. Bahaya yang Bersifat Faal
Bahaya ini terjadi karena beban
kerja yang terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga
kerja, pengaturan kecepatan ban berjalan misalnya yang perlu diatur sesuai
dengan kecepatan operator melayaninya agar tidak stress.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Potensi bahaya fisik, yaitu potensi
bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja
yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim
(panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
Penerapan
Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua
pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan,
petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas
program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya
Faal kerja yaitu, Ilmu tentang fisiologi
tubuh manusia saat bekerja. Bekerja merupakan hasil koordinasi dari kerja sama
indera, otak, syaraf dan otot yang ditunjang oleh kerja jantung, paru, ginjal
dan lain-lain
B.
Saran
Pendekatan
disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja manusia
seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk
mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan
yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu
memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah
manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah
manusia (operator/pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan oleh
sebab itu kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurmianto, Eko.
1996. Ergonomi : Konsep Dasar dan
Aplikasinya, Edisi 1. Institusi Teknologi Sepuluh November : Surabaya
Sritomo
Suma’mur, 1989, “Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja”, PT Temprint: Jakarta Cermin
Dunia Kedokteran No. 154, 2007
Wignjosoebroto, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Guna
Widya Jakarta : 2000